1.
Musang
atau Luwak
Musang atau yang lebih umum dikenal
dengan nama luwak di Indonesia merupakan hewan omnivora (pemakan segala).
Mendengar kata luwak tentu yang kita bayangkan adalah kopi luwak, kopi luwak (Civet Coffee) adalah jenis kopi dari biji kopi
yang telah dimakan dan melewati saluran pencernaan
hewan bernama Luwak. Secara naluri Luwak hanya
memakan buah kopi yang benar-benar matang dan mempunyai aroma khusus. Pada buah
kopi yang matang terdapat sejenis aroma yang sangat khas. Biji kopi dari buah
kopi yang terbaik itulah yang sangat digemari Luwak, setelah dimakan dibuang
beserta kotorannya yang berupa gumpalan memanjang biji kopi yang bercampur
lendir, yang sebelumnya difermentasikan dalam perut Luwak. Kotoran tersebut
kemudian diambil biji kopinya, dibersihkan dengan cara mencuci sehingga tersisa
biji kopi yang masih utuh dan kemudian dijemur hingga kering.
Taken from : Surabaya.tribunnews.com |
Pertanyaannya
adalah kenapa ketika kita mendengar kata musang maka yang kita dengar adalah seekor
hama? Yang selalu mencuri ayam-ayam warga secara buas? Sebelum menjelaskan
lebih jauh, perlu kita ketahui bahwa luwak termasuk suku musang, oleh sebab itu
jika musang dikatakan sebagai hama, maka ia merupakan hama paling istimewa
karena secara tak sadar, sebagian tingkahnya (hama) malah menjadi suatu yang
digemari semua orang bahkan dunia.
Dewasa ini, musang tidak hanya
dikenal sebagai hama seperti dulu, melainkan sebagai hewan peliharaan yang tak
kalah menggemaskan dibandingkan dengan kucing, anjing, dll. Dapat kita lihat,
hampir di setiap kota atau kabupaten memiliki komunitas pecinta musang dengan
berbgai nama. Melalui komunitas-komunitas musang dikenalkan sebagai hewan yang
bisa hidup berdekatan dengan manusia, bukan sebagai hama, melainkan sebagai
teman yang amat lucu dan setia.
2.
Musang
Sebagai Hewan Peliharaan
Bagi
pecinta hewan, musang sebagai hewan peliharaan bukanlah berita baru, namun bagi
sebagian orang musang masih dikenal sebagai hewan pengganggu. Jika kita mau
sedikit mengenalnya, sebaliknya musang merupakan hewan yang amat jinak, lucu,
dan gampang dipelihara. Musang yang memakan buah-buahan memiliki kotoran yang
tidak asam dan berbau menyengat seperti kucing dan anjing, selain itu sebagai
pemakan segala (omnivora) musang menjadi lebih mudah untuk dipelihara, karena
pilihan makanan yang bisa kita berikan menjadi banyak macamnya, bisa
buah-buahan (pisang, pepaya, dsb.), bisa telur, ayam, bahkan nasi dicampur
kecap pun bisa dijadikan makanan pokok bagi musang peliharaan.
Diambil oleh penulis |
Selain mudah dalam pemberian
makanan, musang juga memiliki loyalitas yang amat tinggi kepada pemiliknya.
Beberapa musang menjadikan pemiliknya sebagai satu-satunya tempat berlindung,
bahkan ketika pemiliknya melepaskannya bebas ke alam, ia akan kembali naik ke
pundak sang pemilik dengan cepat. Hal ini sering disebut dengan Bonding ketika sang pemilik dan
musangnya telah memiliki sebuah ikatan yang terjalin karena rasa nyaman sang
musang.
Dalam pemeliharaannya, musang
dipelihara dengan berbagai cara yang berbeda, tergantung pada kemauan pemilik
dan musang itu sendiri. Banyak yang mengurung musangnya dalam kandang dan
dikeluarkan hanya dalam waktu tertentu seperti gathering (kumpul komunitas) atau jika pemilik sedang ingin
mengajak bermain saja. Beda lagi dengan pemilik yang memiliki jiwa kebebasan
yang tinggi, saya sendiri misalnya lebih memilih untuk membiarkan saja musang
saya berlarian dalam rumah, bebas tanpa ada kurungan sedikitpun (freeroom) karena menurut saya membiarkannya
dalam sangkar persegi empat berukuran 1x1 itu cukup kejam, terutama ketika kita
ketahui bahwa sang musang adalah hewan yang aktif di malam hari (nocturnal) sehingga pada saat itu mereka
hanya terkurung di kandangnya sedangkan pemilik tidur.
Namun, kembali lagi pada pemilik
dan musangnya masing-masing. Tak beda dengan manusia, musang pun memiliki
karakter berbeda-beda antar musang, ada yang pendiam dan bermalas-malasan, ada
yang paranoid, takut-takut dan
kagetan, dan ada yang ramah, aktif, dan mudah dekat dengan manusia. Dari
berbagai karakter tersebut tentu memiiki cara berbeda dalam tiap penanganannya.
Kabar baiknya adalah karakter pada musang bisa berubah karena terbiasa
dibiasakan.