Jumat, 03 Oktober 2014

Popo dan Mantra Kebaikan

          Di suatu hutan rindang yang begitu teduh berkumpulah sekumpulan anak-anak semut untuk bersekolah.
        "Hai semuanya, perkenalkan namaku P-O-P-O Popo, aku adalah seekor semut yang tinggal di sarang di hutan nun jauh disana". Popo menunjukkan jarinya ke arah hutan belantara kira-kira lima puluh meter jauhnya dari tempatnya berdiri sekarang, para semut lain yang telah lebih dulu memperkenalkan diri tiba-tiba saling pandang sembari mengikuti arah telunjuk Popo. "Tidak mungkin" Hening sejenak, lalu ramai suara tawa meledak, semua kawanan semut tertawa seketika. "Tidak Mungkin" Seekor semut gendut menimpali dengan penuh keyakinan.
         "Itu mungkin, buktinya aku disini, sekarang!" Sahut Popo tak mau kalah yakin.
        "Kalau begitu bagaimana caramu berjalan dari sana kesini, kan jauh sekali. apalagi dengan kaki-kakimu yang mungil itu" Seekor semut jantan yang seukuran denganku ikut menimpali ragu-ragu.
        "Oke, Akan kutunjukkan bagaimana caraku untuk datang kesini"
        PIIIWIIIIIIT Siulan Popo begitu nyaring. Kemudian datanglah seekor merpati putih yang begitu menawan. "Hai kawan kecil, ada yang bisa kubantu sahabatku?" ramah merpati itu menyapa Popo.
            "Tidak Sahabatku, aku hanya ingin mengenalkanmu pada kawan-kawan baruku, rupanya mereka begitu ingin mengenalmu". "Perkenalkan, ia merpati, sahabatku, dialah yang mengantarkanku ke hutan yang rindang ini". Kerumunan semut samar-samar mulai ramai berbisik satu sama lain. 
         "Hai Merpati, kenapa juga kau mau repot-repot menjadi kendaraan bagi semut congkak itu" tandas si semut gendut tadi tidak puas. 
          "Hanya mengantarnya ke tempat sedekat ini bukanlah apa-apa bagiku, bahkan bila ia ingin ku terbangkan ke pulau lain sekalipun aku mau" Jawab Merpati berwibawa.
             "Kenapa? Bukankah engkau seringkali usil memburu kami, yang sebetulnya tidak begitu memuaskan nafsu makanmu? Bukankah engkau bahkan menjadikan larva kami sebagai salah satu menu favoritmu" Jawab si gendut dramatis, membuat kerumunan semut lainnya terlihat murung sedikit takut.
            "Tentu tidak teman baruku, Aku berbeda, begitupula Popo, dia berbeda. Aku bebas terbang sesukaku, mencari makan semauku tidak seperti burung lainnya yang seolah terawat dengan apik, terkungkung oleh manusia yang penuh keserakahan, bahkan tega mengurung kami dalam sangkar emas katanya, dengan menu yang sama setiap pagi siang dan sorenya, bahkan tidak jarang mereka lupa memberi teman-temanku disana makan."
                  "Lantas apa yang berbeda dari semut mungil itu?"
                  "Dia berbuat besar untukku dengan tubuh mungilnya itu, ia menolongku saat aku terjatuh, ia mencari dedaunan untuk mengobati luka pada sayapku. Jangankan untuk terbang lagi, aku bahkan pesimis bisa hidup di kemudian hari pada saat itu. Tidak sedikit teman-temanku jatuh terluka, sendiri, tanpa ada yang menolong, bahkan tidak jarang kami dikerumuni, dibunuh secara tragis tak berdaya oleh makhluk-makhluk mungil seperti kalian, aku memaklumi, itulah hukum yang terjadi pada alam liar ini, bukankah demikian? Namun Popo berbeda, ia tidak memanggil kawanannya untuk mengeroyokku, ia merawatku diam-diam, memberiku makan biji-bijian hingga aku pulih, dan terbang bebas seperti sekarang".

[end]


Tidak ada komentar: