Selasa, 20 Mei 2014

Bercermin kepada Bung Karno

       Pada Perjalanan menuju kemerdekaan, bangsa Indonesia dilanda berbagai kesulitan dari   yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, dilanjutkan dengan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan era mengisi kemerdekaan, menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai semangat kebangsaan kejuangan yang senantiasa tumbuh dan berkembang yang dilandasi oleh jiwa, tekad dan semangat kebangsaan. Kesemuanya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya NKRi dalam wadah Nusantara.
        Kesuksesan bangsa Indonesia untuk lepas dari belengguh penjajahan tidak lain tidak bukan adalah karena Indonesia pada era itu memiliki sosok Pemimpin yang luar biasa, bahkan Nikita Kruschev (Presiden Soviet 1946) sampai John F. Kennedy (Presiden AS pengganti Eisenhower) juga menyegani beliau, Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno (Bung Karno).
         
Bung Karno (Presiden Pertama Indonesia)

Dengan berbagai pidatonya beliau mampu menyatukan bangsa indonesia sekaligus memberikan energi, semangat kesatuan yang bahkan mampu membebaskan bangsa indonesia dari penjajahan negeri matahari terbit (Jepang).

Untuk menjadi pemimpin yang hebat seperti beliau ini tentu membutuhkan Prinsip sebagai acuan kompleks yang berperan sebagai kompas untuk menentukan arah yang tepat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Prinsip adalah asas, kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak, dan sebagainya.




 Berbagai Prinsip yang perlu kita teladani dari beliau yakni :





  1. Kesejahteraan

 “Kalau kita mencari demokrasi hendaknya bukan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi hidup, yakni politik economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan sosial! Rakyat Indonesia sudah lama bicara tentang hal ini. Apakah yang dimaksud dengan Ratu Adil? Yang dimaksuddengan  faham Ratu Adil ialah  social rechtvaardigheid  . Rakyat ingin sejahtera.Rakyat yang tadinya merasa dirinya kurang makan kurang pakaian, menciptakan dunia baru yang di dalamnya ada keadilan, di bawah pimpinan Ratu-Adil“

- Pidato di BPUPKI , 1 Juni 1945

     2.  Mengutamakan Kemampuan Bukan Kekebaratan  

“Jikalau pada suatu hari  Ki  Bagoes  Hadikoesoemo  misalnya , menjadi   Kepala  Negara  Indonesia,  dan  mangkat , meninggal  dunia,  jangan  anaknya  Ki Hadi koesoemo  dengan  sendirinya,  dengan  otomatis  menjadi  pengganti  Ki Hadi koesoemo.  Maka oleh karena itu saya tidak mufakat kepada prinsip  monarki itu”.


~Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945

   
    3.   Gotong Royong

"“Kekeluargaan adalah suatu faham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggotaterhormat Soekardjo satu karyo , satu gawe”.

“Gotong royong adalah pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-membantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua,  keringat  semua  buat  kebahagiaan  semua.  Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama!”

~Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945"

    4.   Kemanusiaan

“Bahwa manusia di dunia ini, Saudara-saudara,basically  pada dasar dan hakekatnya - adalah sama, tidak beda satu sama lain. Dan oleh karena itu manusiainilah yang harus diperhatikan”.

~Pidato di Semarang, 29 Juli 1956 

    Bila saja pemimpin seperti Bung Karno dapat terlahir kembali pada raga yang lain, namun jiwa yang sama.
Indonesia bisa saja menjadi macan asia yang sudah sepatutnya diperhitungan bahkan oleh para negeri adikuasa, bukan malah menjadi Goodboy yang manggut-manggut menyetujui atas segala situasi yang ada demi menciptakan situasi politik yang "kondusif". Padahal negeri kita adalah negeri yang kuat, bahkan dengan bilah bambu, kita (dulu) mampu melawan penjajah yang notabene berteknologi lebih maju.
   

 



Tidak ada komentar: